Jumat, 26 Oktober 2012

Dakwah Adalah Cinta

0 komentar

Memang seperti itu dakwah. 
Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. 
Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. 
Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. 
Dakwah. 
Menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. 
Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. 
Dia memimpin hanya sebentar. 
Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang
sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. 
Bukannya tidak membosankan.
Dakwah bukannya tidak menyakitkan. 
Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan.
Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. 
Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke manapun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi.
Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah.
Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit.
Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.
Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. 
Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. 
Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. 
Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. 
Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.

Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, 
mereka merasa menjadi orang besar. 
Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. 
Jasadnya dikoyak beban dakwah. 
Tapi iman di hatinya memancarkan cinta…
Mengajak kita untuk terus berlari…

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu

Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah.

(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Aku Peduli

0 komentar

Aku peduli
Tapi masa depan bangsaku
Itu bukan yang paling penting buat aku
Duit banyak
Hidup senang
Posisi
Jauh lebih penting dari
Keadilan
Integritas
Moral
Aku yakin dan pasti
Ada harapan
Negaraku masih menjunjung moral yang tinggi
Tapi itu gak akan bakal bertahan
Nafsu lebih dinomor-satukan
Trend menunjukkan
Anak cucu kita akan menuai kebobrokan kita
Aku gak percaya
Indonesia akan tetap jaya
Memandang kedepan, aku melihat
Degradasi moral melanda anak muda
“kawain cerai, apa salah?”
“korupsi uda jadi budaya”
“video mesum, itu mah biasa”
Nggak akan dibilang lagi
Masih ada yang peduli akan bangsa ini
Uda jelas banget
Generasi ini uda hancur dan gak ada harapan
Sungguh sedih dan konyol kalo kita pikir
Kita bisa menjadikan dunia ini lebih baik                                                    
baca dari bawah ke atas*